Cikampek Selatan Menagih “Wibawa”: Janji Transparansi di Tanah Karawang

KARAWANG || Gemilangbuana.com – Di tengah hiruk pikuk Karawang, sebuah janji baru terpahat. Bukan dari arena politik senayan, melainkan dari gelanggang paling akar rumput: pemilihan Kepala Desa Cikampek Selatan.

‎Nama Thomas Agustin Ateng, atau yang akrab disapa Tomy, dengan nomor urut 3, kini berjuang untuk warga Cikampek Selatan.

‎Pemilihan ini bukan sekadar pergantian tampuk, namun sebuah kontrak politik tanpa tanda tangan yang disaksikan oleh mata publik.

‎​Apa yang ditawarkan? Sebuah kata yang selalu terdengar megah, namun kerap rapuh dalam praktik: Wibawa.

‎​Visi Tomy jelas: “Mewujudkan Cikampek Selatan Berwibawa.” Wibawa di sini, tentu bukan tentang retorika kosong, bukan pula sekadar seragam baru.

‎Wibawa harusnya berarti kehormatan yang lahir dari integritas dan kejujuran.
‎​Maka, kita patut mencermati lima butir misi yang mengikutinya.

‎Ini bukan daftar belanja, melainkan peta jalan yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan rakyat:

‎​1. Optimalisasi Pemerintahan: Dari Slogan ke Realitas

‎​Mengoptimalkan fungsi pemerintahan yang jujur, berwibawa, dan profesional.

‎​Ini adalah titik krusial, Desa Cikampek Selatan, sebagai ujung tombak, sering kali menjadi arena pertama tawar-menawar kepentingan.

‎ Jujur, Berwibawa, dan Profesional,tiga kata ini adalah trisula melawan praktik-praktik lama yang menghambat.

‎​Pertanyaannya: Apakah wibawa akan ditegakkan dengan ketegasan pada aturan, atau hanya berhenti sebagai pajangan di dinding balai desa? Rakyat Cikampek Selatan tidak butuh janji manis, mereka butuh bukti nyata transparansi agar setiap rupiah anggaran, setiap kebijakan, bisa dilihat terang-benderang.

‎Sebab, seperti yang selalu kita katakan: “Kekurangan jangan terlalu dikhawatirkan, selama kepemimpinan berjalan penuh keterbukaan.

‎Transparansi adalah jurus penghadang gerak-gerik para pencuri.

2. Pemerataan Pembangunan: Bukan Sekadar Angka

‎​Mewujudkan pemerataan pembangunan adalah agenda mendasar. Di Karawang, pembangunan kerap terpusat di kawasan industri, meninggalkan desa-desa di sekitarnya.

‎Misi ini menuntut pemimpin baru untuk memastikan setiap jengkal Cikampek Selatan mendapat sentuhan yang sama.

‎​Pemerataan bukan hanya soal membangun jalan atau gorong-gorong, melainkan tentang mengikis kesenjangan sosial dan memastikan akses yang sama terhadap fasilitas publik.

‎Pembangunan yang baik adalah yang tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi membawa manfaat berkelanjutan bagi seluruh warga.

3. Perekonomian Berbasis Kewilayahan: Jati Diri Lokal

‎​Inisiatif “mewujudkan perekonomian berbasis kewilayahan” adalah langkah strategis.

‎Desa harus berhenti menjadi penonton atas kemajuan daerahnya.

‎​Di tengah potensi Karawang sebagai lumbung pangan atau pusat industri, Cikampek Selatan harus menemukan jati dirinya.

‎Apakah dengan mengoptimalkan UMKM lokal? Atau membangun Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang kuat? Keberpihakan pada ekonomi lokal berarti menciptakan kemandirian, agar kesejahteraan tidak lagi bergantung pada belas kasihan pihak luar.

‎​4. Pendidikan, Agama, dan Kesejahteraan Sosial

‎Merawat Nurani​,peningkatan kualitas pendidikan, keagamaan, dan kesejahteraan sosial menunjukkan fokus pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).

Ini adalah investasi jangka panjang,
Pendidikan adalah kunci untuk memutus rantai kemiskinan.

‎Sementara penguatan nilai keagamaan dan kesejahteraan sosial adalah cara merawat nurani kolektif agar masyarakat tidak tercerabut dari akar budayanya.

‎Pemimpin yang baik adalah yang tidak hanya mengurus fisik desa, tetapi juga jiwa warganya.

‎​5. Gotong Royong: Fondasi Harmoni yang Hilang

‎​Misi terakhir,menumbuhkan kembali jiwa gotong royong—adalah pengingat yang menyentuh. Di era individualisme, semangat kebersamaan ini seringkali memudar.

‎​Gotong royong bukan sekadar kerja bakti. Ia adalah sistem sosial yang memastikan yang kuat membantu yang lemah.

‎Gotong royong adalah pilar bagi kehidupan yang Harmonis.

‎Keharmonisan ini, di level desa, adalah cermin dari kedewasaan berdemokrasi.
‎​
‎Tugas Berat di Pundak para calon terpilih terutama
‎​Thomas Agustin Ateng (Tomy) kini berdiri di garis start, di hadapan harapan besar.

‎Catatan ini bukan pujian, melainkan pengawalan jurnalistik. Visi-Misi ini adalah janji suci di hadapan rakyat, dan rakyat Cikampek Selatan, seperti masyarakat di seluruh Indonesia, berhak mendapatkan pelayanan terbaik.

‎​Wibawa, Transparansi, dan Gotong Royong—tiga kata kunci yang harus menjadi kompas. Jika Wibawa ditegakkan tanpa Transparansi, ia hanya akan menjadi tirani.

‎Jika Transparansi tidak didasari Gotong Royong, maka akan kering dan kaku.
‎Jika Thomas Agustin Ateng terpilih menjadi kepala Desa cikampek Selatan, mari kita lihat, apakah Wibawa yang Anda janjikan akan benar-benar terwujud dari kejujuran, atau hanya sekadar aksen politik yang menghiasi panggung desa.

‎Karawang dan Cikampek Selatan menanti, bukan hanya perubahan, tapi pertanggungjawaban.

‎​Mari kita kawal bersama, sebab desa yang berwibawa adalah modal awal bagi negeri yang bermartabat.


‎*Edi(edoy)*

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *